Jumat, 15 Juni 2012

Cover...


 


 
EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN MELALUI MEDIA LEAFLET DALAM PERUBAHAN PENGETAHUAN
DAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG OBAT
BEBAS DI KABUPATEN KARIMUN
PROPINSI KEPRI TAHUN 2012




OLEH :
MARDIAN ADMA GUMILANG
NIM : 11.332.014




 SKRIPSI
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D-IV PROMOSI KESEHATAN
                                                                     TAHUN 2012

Senin, 11 Juni 2012

Curahan hati Mahasiswa menyusun Skripsi VS Kertas

Curahan hati Mahasiswa menyusun Skripsi......


"Andaikan ada pembimbing yg mengerti seluruh keaadaan yg ada.
Fenomena saat ini, ketika mahasiswa terutama saya jika mendapatkan pembimbing skripsi ataupun tugas akhir yang biasa di kasih gelar oleh mahasiswa "Killer". Itu lah yg sedang ku alami...
Beberapakali mengajukan judul, selalu ditolak... Ketik ulang lagi + Print ulang lagi begitu seterusnya mengikuti selera pembimbing. Kadang-kadang gw berpikir sebenarnya yang mau penelitian itu gw apa dia ya, tapi ya apa boleh buat ikoetin aja dari pada gw tambah susah nantinya. Sampai di setujui, selanjutnya pengajuan Proposal Penelitian... Masih seperti ketika pengajuan judul, pengjuan proposal bisa di bilang lebih parah neeeh... udah gak jelas lagi udah berapa kali di tolak + ditolak + ditolak.... Terus dan terussss............ Kadang2 gw iri juga lihat temen yg lain kok bisa ya dengan gampangnya di setujui, tp itulah yg terjadi yaaah harus dihadapi............

Kadang gw lihatin hasil kerja qu dan hasil kertas yg telah gw gunaiin. Kadang2 dalam satu lembar hanya salah satu huruf, Apa gak sakit tuch yg di ganti kertas baru begitu seterusnya. Kadang gw sedih melihat tumpukan kertas yg udh gw gunaiin untuk konsultasi gak taunya ditolak , jadinya print lagi, kertas lagi , uang lagi. Begitu banyak kertas yang gak berguna, andaikan dosen gw mau jika gw konsultasi menggunakan kertas bekas ini ya, kan masih ada sisi belakannya yg kosong dan masih bisa di pake untuk print, tp .......

Kadang gw berfikir,
Apa gak tambah habis ya hutan Indonesia kalo begini keadaannya terus.... Pernah gw coba itung2 udh berapa kertas yg gw habisin terus gw bayangiin proses pembuatan kertas... Waaahh udah berapa banyak pohon yg gw tebas kalo begini, itu baru dari gw, beloem dari temen2 mahasiswa laen , kantor, dll yg menggunakan kertassss................ Apaa gak tambah habis Hutan kalo gini terussss.....

Kadang gw berfikir lg, apa gw kelak jadi dosen aja yaaa, biar gw bisa balas dendam pd mahasiswa gw kelakkk......... Tapi itu JANGAN (kata malaikat sebelah kanan ku berbisik). Lebih baik kalo gw jadi dosen kelak . Gw akan bantu mahasiswa dalam proses pembelajaran, terutama dalam hal penggunaan kertas yang bahan bakunnya dari pohon.......
Ketika nanti mahasiswa bimbingan ku konsultasi, gw akan larang dia pake kertas yg baru. Gw akan suruh dia cari kertas yg udah bekas tapi masih ada sisi kosongnya untuk di print asalkan masih bisa di baca. Jangan menggunakan Kertas yang selalu baru jika hanya untuk konsultasi ataupun laporan intern............
Waaaahhhhhhh andai+andai+andai.. 

Yaah kalo andaian gw itu terjadi dan dilaksanaiin oleh seluruh Sekolah, Kampus, Kantor, Dll yg menggunakan kertas. "JANGAN SELALU MENGGUNAKAN KERTAS BARU". Gunakanlah kertas2 yg bekas yg masih ada sisi / lembar kosongnya......  Maka penggunaaan kertas secara otomatis berkurang dan permintaan kertas baru berkurang sehingga penembangan hutan juga berkurang dan Hutan ku hijau selalu............
Dan Global Warming yg saat ini sedang gembor bisa teratasi minimalah berkurang yaaaa,............

Andaikan..............................

Minggu, 10 Juni 2012

Strategi Promosi Kesehatan


Strategi PROMOSI KESEHATAN


Strategi PROMOSI  KESEHATAN

PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna peningkatan pengetahuan tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Selama ini penerapan promosi kesehatan di lapangan biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.

Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan. Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.

VISI MISI PROMOSI KESEHATAN
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1.    Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
2.    Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.

Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.

Misi Promosi Kesehatan

•    Advokat (advocate)


Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan. Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.


•    Menjembatani (mediate)

Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

•    Memampukan (enable)

Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri. Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut strategi yakni, teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatantersebut secara berhasil guna dan berdaya guna. Berdasarkan rumusan WHO (1984) Strategi Promosi Kesehatan, secara global terdiri atas 3 (tiga) hal yakni; Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat.


STRATEGI PROMOSI KESEHATAN GLOBAL (WHO,1884)


1.    ADVOKASI
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membentu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusantersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminartentangissu atau usulan program yangingin dimintakan dukungan dari para pejabat yangterkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya bertemu kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yangterkait dengan masalah kesehatan.


2.    BINA SUASANA (DUKUNGAN SOSIAL)
Strategi dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalu tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan inia dalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antaralain: pelatihan pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat. (sasaran sekunder)
Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat. Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan social ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita, atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima.

3.    PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaanini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).
Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya : terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyrakat sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita. Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan, partisipasi masyarakat harus ditumbuhkan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan pemberdayaan masyarakat dalam bidang-bidang lainnya.
Partisipasi dapat terwujud dengan syarat :
1.    Adanya saling percaya antaranggota masyarakat,
2.    Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif,
3.    Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat,
4.    Adanya contoh dan keteladanan dari tokoh/pemimpin masyarakat.

Partisipasi itu harus didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang yang diberdayakan, disertai kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh proses pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung dengan sukses. Agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kesehatannya. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu bentuk upaya melibatkan peran serta dari masyarakat ketika kita melakukan promosi kesehatan. Sebagai contoh yaitu pemanfaatan kader yang telah dilatih atau anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan dalam memberikan promosi kesehatan.

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN (PIAGAM OTTAWA, 1986)
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada pada tahun 1986, menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:
a.    Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy) Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para penentu atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan perkataanlain, agar kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusab dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan publik. Misalnya ada peraturan atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkingan unruk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan kata lain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan dampaknya terhadaplingkungan (kesehatan masyarakat).
b.    Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment). Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum, termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukungterciptanya perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjungtempat-tempat umumtersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum antara lain: tersedianya tempat samapah, tersedianya tempat buang air besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi perokok dan non-perokok, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, para pengelola tempat-tempat umum, pasar, terminal,stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall dan lain sebagainya, harus menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya.
c.    Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service). Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan kesehatanitu ada provider dan consumer. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah, harus diorientasi lagi bahwa masyarakat bukan sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara, dalam batas-batas tertentu. Realisasi dari orientasi pelayanan kesehatan ini, adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus dilibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan,tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam meorientasikan pelayanan kesehatanini peran promosi kesehatan sangat penting.
d.    Keterampilan Individu (Personnel Skill). Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yangterdiri dari individu, keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebabitu, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok-kelompok tersebut. Oleh sebab itu, strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan merekaini adalah memberikan pemahaman-pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode danteknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual  dari pada massa.
e.    Gerakan masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karena itu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.

SASARAN PROMOSI KESEHATAN

1.    Sasaran Primer
Sesuai misi pemberdayaan. Misalnya: kepala keluarga, ibu hamil/menyusui, anak sekolah.
2.    Sasaran Sekunder
Sesuai misi Bina Suasana (dukungan social). Misalnya: Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama.
3.    Sasaran Tersier.
Sesuai misi advokasi. Misalnya : Pembuat kebijakan mulai dari pusat sampai ke daerah.